Beberapa minggu ini kita di kejutkan dengan banyak hal yang berbau esek-esek yang menjadi headline diberbagai media dari Koran,majalah,televisi sampai internet. Kasus seorang pejabat anu dengan artis anu, kasus PNS sebuah instusi anu dengan PNS sebuah institusi anu. Dan tadi pagi aku baru lihat headline dari sebuah Koran yang di bawa teman yang memuat satu lagi kasus esek-esek yang melibatkan PNS sebuah institusi di bekasi. Aduh… pusing kepala dech kalo lihat headline nya ;D
Mengapa orang mau merekam melalui video atau telepon seluler adegan intim dengan pasangannya? Untuk sebagian orang pasti akan berkomentar kok bisa ya?? Ya bisa aja nama nya orang sedang kasmaran ha…ha..ha… yang nga habis pikir itu kenapa mereka tidak mikir efek dari perbuatannya ya?? Ya nga mikir lhaa namanya juga sedang kasmaran hee..hee..hee... Yang parahnya yang melakukan itu rata-rata bukan pasangan resmi alias selingkuhan/TTM/HTS an atau apalah… kiamat wes cedak nih ya :D
Sebenarnya apa motifasi membuat rekaman tersebut? kalo dari pengamatan aku biasanya para pelaku atau orang yang terlibat dalam kasus tersebut berkata kalau tujuan mereka membuat rekaman tersebut untuk dokumentasi pribadi. Sebenarnya wajar aja kalo ada sebagian orang merasa perlu untuk mempunyai rekaman hubungan pribadinya, tapi hal ini menjadi tidak wajar lagi dan amat sangat menganggu ketika rekaman atau video itu jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab dan mengedarkan nya untuk umum. ini masalah lain yang tidak lagi terkait soal pornografi. Sering kali video sengaja diedarkan ke luar dalam upaya blackmail (ancaman). "Mas, please be gentleman, jangan lari dari tanggung jawab. Jika sampeyan tidak mau bertanggung jawab, aku edarkan video ini!" ..
Apakah kejadian serupa yang sedang "menggoyang“ Gedung DPR/MPR juga bermotif sama? Boleh jadi, ya. Jika demikian, motifnya untuk menghancurkan karier politik si lelaki. Jika video porno bisa dijadikan senjata untuk memeras atau menjatuhkan karier, mengapa pria tidak mau belajar dari berbagai pengalaman yang sudah ada?
Dalam buku Other Victorians, Steven Marcus menggambarkan pornografi sebagai sebuah fantasi, semata-mata sebagai pelarian dari realita yang sedang dialami. Dunia maya (dream realm) dinamakan "Pornutopia", dorongan seks abadi yang dimiliki tiap manusia dan sering melupakan dimensi waktu serta tempat saat dorongan itu sedang merasuki otak kita.
Dari kacamata "Pornutopia", kita dapat memahami apa yang menyebabkan seseorang merekam adegan intim. Rekaman video itu bisa menjadi rangsangan yang luar biasa saat si pelaku mengadakan hubungan senggama sambil menonton video tadi! Atau saat si pria atau wanita sedang tidak bersama pasangan— mungkin sedang bertugas di luar kota—saat itulah ia berfantasi sedang bersama dan melakukannya. Jangan lupa, "pornutopia" merupakan fenomena seks yang melupakan dimensi waktu dan tempat dalam hidup manusia.
Pornutopia, pornografi, dorongan seksual, dan intimidasi, semua itu masih "satu rumpun". Jadi berhati-hatilah, jangan karena perasaan iseng menghancurkan segala nya :D
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
@ Sumber dari kompas
No comments:
Post a Comment