Cerita dimulai ketika dua hari yang lalu ketika saya memilih untuk naik bus dari pinggir tol citeureup. Alasannya pertamanya karena badan sedang tidak fit dan malas mesti turun naik angkot, alasan kedua sedang berusaha menerapkan efesiensi pengeluaran [halaaaah alasan macam apa coba] karena tarif bus nya hanya Rp 2000 bisa langsung sampai rumah sementara kalo naik angkot harus mengeluarkan uang Rp 6000 lumayan khan selisihnya?
Malam itu penumpang di bus kira-kira 12 orang plus sopir dan asistennya jadi total 14 orang, saya duduk di bangku no 3 dari depan disisi kiri bus,tiba-tiba ada dua perempuan muda kira-kira berumur 19-20 tahunan naik dan duduk tepat 2 bangku didepan saya kemudian mereka asyik mengobrol, kalo dilihat dari baju yang mereka kenakan saya yakin mereka adalah salah satu karyawan di salah satu pabrik di sepanjang jalan raya citeureup-cibinong yang sedang saya lalui.Saya yang sedang asyik mendengarkan musik dengan mp3 player sedikit mulai terusik dengan percakapan mereka dan tanpa sadar saya kok jadi mendengarkan ya perempuan pertama yang berambut pendek dan bertubuh langsing bercerita tentang ayahnya yang sedang sakit dan dia harus mencari uang tambahan berobat ayahnya dengan cara kerja lembur. Sementara temannya yang bertubuh tinggi dan sedikit berisi itu mengeluh tentang uang kost yang naik dan kuliahnya mulai terganggu karena dia harus lembur di pabrik , rupanya perempuan muda yang tubuhnya sedikit berisi itu disamping kerja di pabrik dia juga kuliah pada malam harinya [sok tahu ya..nguping pembicaraan orang aja kerjanya]
Sampai di pasar cibinong ada beberapa peumpang yang turun dan naiklah 2 orang pengamen yang kelihatannya setengah mabok, setelah mereka bernyanyi dua lagu mereka mulai mengedarkan kantong recehan mereka ke orang-orang di bus tersebut. Nga banyak orang yang mau memberikan recehannya termasuk saya bukan karena saya tidak menghargai pengamen tapi saya merasa tidak suka dengan cara mereka mengamen apalagi setelah saya tahu mereka dalam keadaan mabok dan mereka memaksa meminta uang kepada para penumpang. Rupanya 2 orang perempuan yang saya ceritakan diatas berniat untuk memberi uang kepada si pengamen dan si perempuan kedua yang bertubuh tinggi itu mengeluarkan uang logam Rp 500 bukannya berterima kasih si pengamen malah memaksa perempuan tadi untuk memberikan uang Rp 1000 sontak si perempuan merasa marah dengan ulah si pengamen dan mereka terlibat dengan perdebatan panjang dan si pengamen tadi berusaha untuk menarik tas si perempuan. Akhirnya terjadi keributan didalam bus tersebut. Tiga orang laki-laki yang duduk dibangku belakang merasa gerah dengan dua orang pengamen itu akhirnya beramai-ramai memukuli si pengamen dan berusaha mendorong si pengamen keluar dari dalam bus [main hakim sendiri tapi nga bisa disalahin juga sih.. ]
Recehan…
Berharganya sesuatu yang mungkin bagi sebagian orang sudah tidak ada harganya lagi.
gambar diambil dari sini
6 comments:
wah mbak, aku paling was2 kalau naik bis di jkt sendirian...soalnya banyak copet, pengamen preman ama laki2 yg suka melakukan pelecehan seksual...
jadi inget suka corat-coret duit recehan... nulis alamat blog lah, emaillah, nomer hape lah... jadi ngerasa bersalah... hehehe
nuuii@tia
Iya jakarta buas ;D Semarang nyaman ya ti..jadi kangen sama semarang dech [banyak kenangan]hikssss...
nuuii@skyadmirer
Kadang aku juga suka corat-coret uang ;D Rasanya kok nga menghargai negeri tercinta kalo nga menghargai rupiah ya.. tapi gimana lagi namanya lagi khilaf atau iseng ya ;D
Anyway thanks ya udah maen disini ...
jakarta buas...
ah tp dimana2 orang klo lg kepepet terdesak perut lapar, bisa aja gelap mata dan ngelakuin perampasan hak2 orang laen...
*komen sok serius*
duh, jadi rindu suasana naik bus kota...termasuk aneka pernak-perniknya .
nuuii@ndutyke:
Betul banget tuch jeng tyke lagi-lagi urusannya perut ya ;D
nuuii@senja
Ayo naik bis bareng nja.. ntar tak kasih tau jurusan bis,saya jagoan kalo soal jalur bis [maklum dech masih ngeteng] ;D
Post a Comment