Lebih tinggi, Jalan atau Pembuangan???

Rain..Rain..Rain...

Saya suka ketika langit menurunkan hujan, bahkan kadang saya sengaja menantikan datangnya hujan. Alasannya karena saya suka menghirup aroma tanah setelah tersiram air hujan dan saya juga menganggap hujan itu suatu berkah. saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya kalau tidak pernah ada peristiwa yang namanya hujan pasti debu akan bertebaran dimana-mana, suhu udara panas dan tumbuh-tumbuhaan kering kerontang . tapi kekuatan hujan yang saya inginkan adalah turunnya air dari langit secara natural atau sedang, bukan hujan deras yang disertai petir yang menyambar-nyambar. waktu dan tempat yang saya idamkan ketika turun hujan adalah pada malam hari dan pada saat saya sedang ada dirumah sedang tidur-tiduran sambil melihat turun nya hujan dari jendela kamar [ngareep dan nga bersyukur banget ya..]

Semalam saya pulang dari kantor di iringi hujan,hujan sehebat atau sederas apapun tidak menjadi masalah ketika saya sedang duduk manis didalam mobil

jemputan kantor. yang jadi masalah adalah ketika saya sampai di tepi tol citeureup dan harus menyambung perjalanan dengan angkutan umum. turun dari jemputan saya harus merelakan sedikit baju saya berbasah-basahan [padahal saat itu saya sudah memakai payung yang saya temukan di mobil jemputan] lalu saya juga harus merelakan sepatu sandal saya terendam air setinggi betis orang dewasa, menyesel juga saya pakai sepatu sandal warna beige setinggi 5 cm itu [maklum masih baru dan kemaren itu saya perdana pakai sepatu sandal itu hikssssssss] tapi Alhamdulillah saya bisa langsung dapat angkot dan duduk dengan nyaman disamping sopir. sekitar 10 meter dari tempat saya naik tiba-tiba angkot berhenti [waduh jangan sampai sopir bilang mobilnya mogok] tidak berapa lama saya mendengar mesin mobil hidup dan mobil jalan, sayapun merasa lega sambil dan melihat kesebelah kiri jalan.

Rasanya ada yang aneh dengan hujan,jalan,saluran pembuangan air [got] dan genangan air setinggi orang dewasa itu, tapi apa ya [otak saya mulai berfikir] sedang asyik-asyiknya berfikir tiba-tiba angkot berhenti kembali dan sang sopir berteriak " Wah nga bisa jalan nih mba..knalpot masuk air, masuk lobang dalem juga" aduh kacau nih terbayang saya mengarungi genangan air diluar sana. saya keluarkan uang dari dompet dan membayar ongkos kemudian pindah ke angkot lain. Hujan masih turun dengan deras,jalanan banjir dan macet [banyak angkot dan mobil pribadi yang mogok] saya terus berfikir dan mencoba mengkaitkan antara hujan dan banjir, rasanya berlebihan sekali kalau jalanan bisa sampai banjir setinggi betis orang dewasa. meskipun hujan deras tapi hujannya baru berlangsung kira-kira 10-15 menit yang lalu. Pandangan saya tak lepas dari banjir disebelah kiri saya ketika pada akhirnya saya menyadari bahwa ternyata letak jalanan itu lebih rendah dari letak saluran pembuangan air [got] dan bukannya air dari jalanan yang mengalir ke got tapi air dari got yang mengalir ke jalan. Saya tidak pernah mengerti apa yang menjadi penyebab banjir pada malam itu, entah karena lubang-lubang yang seharusnya menjadi sarana mengalirnya air dari jalan ke got itu tertutup sampah atau karena daya tampung si got itu sudah berlebih.

saya terus berfikir secara ilmu arsitektur seharusnya

lebih tinggi mana jalanan atau saluran pembuangan air ya.. ???

Note : Gambar di ambil dan di pajang dengan tanpa izin dari sini