Ketika menulis ini, aku baru saja selesai membaca blognya tuan poetrij yang sedang membahas perempuan. Ingatanku langsung melayang kepada seorang teman yang tiga hari lalu aku temui di salah satu sudut mal terbesar di kota depok. Aku ingat sore itu cuaca sangat mendung, dengan tergesa-gesa aku memasuki salah satu coffee shop di mal tersebut. Pandanganku langsung tertuju kepada seorang sahabat lamaku, sahabat semasa SMA. dia terlihat sedang mengaduk-aduk isi gelas dengan sedotan. Begitu melihat aku, dia spontan berdiri dan melambai tangan. setelah sedikit melepas kangen aku pamit untuk memesan minuman. seorang barista menyambut dengan senyum dan salam. Tidak begitu lama menunggu akhirnya aku membawa hot Chocolate dan Chicken Croissant pesananku.
"V" tersenyum dan menatap lekat wajahku, dia menanyakan kabar dan kondisi keluargaku, tidak dapat dipungkiri "V" adalah salah satu dari tiga orang sahabat terbaikku, sifatnya yang perhatian dan penyayang membuat dia mengetahui dan memahami seluk beluk kondisi keluargaku . Ternyata setelah hampir 9 tahun tidak bertemu sifat perhatian nya tidak pernah berubah ;D setelah bercerita tentang keadaanku, Aku mulai menanyakan kabarnya. spontan dia tersenyum kemudian diam tertunduk. "kabarnya tidak baik dan tidak seperti yang orang harapkan" dia menyahut sambil mengibaskan rambut yang menutupi dahinya.
Setelah sekian lama berusaha meleburkan diri dan mengingat-ingat masa SMA akhirnya "V" bercerita kalau sekarang statusnya menggantung, Perkawinan yang telah dijalani selama hampir 7 tahun terasa semakin membuat keberadaannya sebagai perempuan terasa tidak bernilai. Aku terdiam mendengar semua kisahnya, Tidak patut rasanya aku menaruh rasa kasihan terhadap "V" aku tahu "V" tidak membutuhkan belas kasihan, dia adalah wanita yang kuat. Yang dia butuhkan hanya orang yang mau mendengarkan dan menjadi sahabatnya.
Kondisi Perkawinan "V" semakin memburuk ketika setelah memasuki usia 5 tahun perkawinannya "V" tak kunjung dikaruniai momongan, dari hasil pemeriksaan dokter dia dinyatakan sehat dan tidak mempunyai masalah dalam kesehatan reproduksinya. Setiap bertemu Kedua orang tua,mertuanya, saudara atau teman-temannya selalu menanyakan momongan disertai saran untuk berobat ke dokter "anu" sampai ahli pengobatan alternatif "itu" tapi namanya juga belum diberi amanat sama "yang diatas" semua alternatif pengobatan terasa nihil hasilnya.
Kira-kira satu tahun yang lalu "V" mulai menangkap gelagat suaminya mulai dekat dengan seorang perempuan. karena penasaran akhirnya "V" mulai menanyakan pada suaminya dan dengan santainya suaminya mengiyakan dan menyalahkan hal ini disebabkan karena "V tidak kunjung hamil. Gerah dengan pernyataan suaminya, "V" menuntut agar suaminya juga memeriksakan kesehatan reproduksinya juga jangan hanya menyalahkan "V" karena selama ini suaminya tidak pernah mau ikut setiap kali "V" mengajak kedokter. Dasar ya,Egois banget... aku jadi gemes denger cerita "V" jadi teringat kisah hidup sudha dalam buku sister of my heart - Chitra Banarjee Divakaruni. Belakangan aku mengetahui kalau "V" mengikhlaskan jika suaminya ingin menikah dengan perempuan itu atau menceraikan "V". Kembali ke sifat egois, Suaminya tidak mau memeriksakan diri ke dokter, menikah dengan perempuan selingkuhanya atau menceraikan "V" tanpa mau menjelaskan apa pun alasannya.
Aku melirik ke arah 'V" sekilas kulihat dari sudut airmatanya mulai keluar airmata. "Apa gw tidak berhak bahagia ya noey? kalau dia merasa kebahagian dia adalah punya anak dan hidup bahagia dengan perempuan lain kenapa dia nga mau melepaskan gw? kalau dia merasa hidup dengan gw bukanlah satu kebahagian, kenapa dia tidak biarkan gw pergi? Bukan kemauan gw kalau sampai saat ini gw belum punya anak noey" kulihat "V" semakin tidak bisa mengatur kata-katanya. Aku paham dengan situasi ini, perlahan kupegang erat tangannya. Terlalu lama dia menahan beban ini sendiri..
Huh... Sesak rasanya dadaku mendengar semua cerita "V". Kembali aku berfikir tentang derita "V" apakah harus begitu nasib perempuan ya? selalu jadi kambinghitam kalau belum di karuniai keturunan, padahal kalo masalah buat anak khan bukan hanya satu orang yang ikut andil tapi melibatkan dua orang (laki-laki dan perempuan) dan kalaupun ada masalah dalam reproduksi pasti bukan hanya perempuan aja yang salah.. laki-laki juga bisa punya masalah dalam reproduksi khan? Apakah perempuan harus kehilangan harga diri jika belum diberi amanat untuk mempunyai keturunan?
Aku bingung....
*gambar diambil dari google
1 comment:
haiiiiiiii. aku udah balikkkkk
Post a Comment