Beberapa waktu ini ketika hampir semua orang berbincang tentang pertandingan bulutangkis piala thomas dan uber, saya sempet melemparkan sebuah pertanyaan seorang teman lama yang saya tahu amat sangat mencintai bulutangkis. "bagaimana rasanya jadi atlet atau mantan atlet nasional yg membelot ke negeri tetangga,apa nga sedih ya dulu jadi kawan sekarang jadi lawan?" sang teman menjawab "mungkin biasa-biasa aja kalee bu, hari gene banyak orang yang nga mikirin nasionalisme lagi. Lagian Kalau terlalu idealis bisa-bisa dapur nga ngebul, tahu sendiri khan gimana nasib atlet-atlet nasional itu dihari tuanya? :-D"
Wow...
Mungkin Saya juga bukan termasuk orang yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi,tapi saya nga yakin bisa dengan mudah memutuskan untuk pindah atau tinggal di tempat lain hanya karena masalah materi [seperti kata teman saya diatas] tapi faktor kenyamanan dan kecintaan terhadap suatu tempat adalah syarat yang mutlak :-D.
Apa mungkin karena indonesia sudah tidak dapat memberikan kenyaman dan menebarkan pesona cinta untuk para penghuninya?
2 comments:
idealis vs. realita??
hhmmm....
gak mau muna sih, tapi jujur, kalo liat penghargaan yang diterima sama para atlet di negara lain, sumpah, bikin hati nge-nes saking disana, hadiah yang diterima puluhan (ato ratusan??) kali lipat dari yang diterima disini.
bukannya bales dendam ato gimana sih, cuma justru pengen nunjukin ke negara ini kalo "ini loooh" caranya ngehargain seorang atlet yang udah jatoh bangun di atas lapangan membela nama bangsa. semoga dengan begitu, negara bisa bercermin dan mempertimbangkan untuk merekonstruksi sistem penghargaan untuk atlet di indonesia.
for me?
dimana pun negara tempat gw ntar tinggal, indonesia tetap jadi 'hometown', negara asal gw.
bisa juga dikategorikan sebagai 'nasionalisme'kah itu?
nasionalisme???
mmm....gimana ya???
Post a Comment